Thursday, May 18, 2017

Donald Trump Dihadang Ancaman Pemakzulan

Sejak enam bulan pasca dilantik, Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak henti-hentinya dilanda penolakan dari sejumlah elemen serta pemberitaan kontroversial. Setelah sejumlah blunder yang dilakukan, muncul isu baru lagi yang diprediksi bisa menggoyang posisi Trump sebagai orang nomor satu di negeri Paman Sam. Pembocoran informasi militer yang diklasifikasikan sebagai rahasia negara pada pekan lalu membuat Donald Trump dihadang ancaman pemakzulan atau impeachment.

Donald Trump Dihadang Ancaman Pemakzulan

Al Green sebagai Anggota Kongres dari Partai Demokrat asal Texas (15/05/2017) lalu, kembali menyuarakan pemakzulan atas Trump. Pasal yang akan dikenakan adalah tindakan kriminal dan pelanggaran UU dengan membocorkan rahasia negara. Demikian kutipan dari laman The Guardian, Selasa 16 Mei 2017.


Selain itu, tindakan Trump memecat Direktur FBI James Comey yang sedang menyelidiki konspirasi dengan pihak Rusia dinilai Green tak memiliki alasan kuat. Green melaporkan bahwa Trump telah menekan eks Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) James Comey untuk menghentikan penyelidikan dugaan kolusi mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dengan pemerintah Rusia untuk mempengaruhi pilpres AS.

"Tidak ada seorangpun yang ada di atas hukum dan itu termasuk Presiden Amerika Serikat," sebut Al Green di hadapan anggota parlemen AS lainnya pada Rabu (17/5) waktu setempat.

"Pelanggaran ini terjadi di depan mata kita. Ini sangat jelas. Ini mudah dipahami. Kita bicara soal presiden yang memecat Direktur FBI yang sedang menyelidiki keterkaitan presiden dengan Rusia dalam pemilihan presiden" ungkapnya.

The Washington Post dan Press TV memberitakan pembocoran informasi rahasia oleh Trump ini setelah Trump pada pekan lalu bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergey Kislyak. Disebutkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Trump memberitahukan adanya aksi mata-mata dari sekutu AS yang berhasil mendapatkan informasi terkait operasi bumi hangus Negara Islam Irak dan Surah (ISIS). Tindakan Trump ini dianggap oleh sejumlah pihak telah membahayakan negara dan melanggar konstitusi.


Baca juga: Donald Trump Kunjungi Timur Tengah, Ada Apa?

Menanggapi tudingan ini, David Gergen mantan penasihat tiga Presiden AS (Presiden AS Richard Nixon, Presiden AS Ronald Reagan, dan Presiden AS Bill Clinto) mengungkapkan bahwa jika benar Trump meminta Comey menghentikan penyelidikan FBI, maka pemerintahan Trump sudah terancam pemakzulan.

"Saya berada dalam pemerintahan Nixon, seperti Anda ketahui, dan saya pikir setelah melihat pemakzulan Clinton, saya tidak akan melihat hal yang sama lagi. Tapi saya pikir kita sekarang berada dalam ranah pemakzulan untuk pertama kali" ungkap Gergen.

Di tengah gencarnya desakan dari para anggota parlemen Partai Demokrat dan sejumlah politikus Partai Republik tersebut, Departemen Kehakiman Amerika Serikat baru-baru ini menunjuk mantan Direktur FBI Robert Mueller sebagai penasihat khusus untuk menyelidiki dugaan intervensi Rusia dalam pemilihan presiden (pilpres) AS dan kemungkinan kolusi antara tim kampanye Presiden Donald Trump dan pemerintah Rusia. Pengumuman itu disampaikan oleh Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein pada Rabu (17/5/2017) waktu AS.

"Keputusan saya (untuk menunjuk penasihat khusus) bukanlah untuk menemukan kejahatan yang telah dilakukan... saya tidak memiliki tekad seperti itu," tuturnya.

"Saya bertekad bahwa penasihat khusus diperlukan agar rakyat Amerika memiliki keyakinan penuh akan hasilnya," ujarnya.

Sementara Mueller dalam statemennya mengatakan, "Saya menerima tanggung jawab ini dan akan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya."

Penunjukan Mueller disambut para anggota parlemen. "Penasihat khusus sangat diperlukan dalam situasi ini dan Wakil Jaksa Agung Rosenstein telah melakukan hal yang benar," kata pimpinan Senat Partai Demokrat, Chuck Schumer.

Dilansir dari kantor berita Reuters, Kamis (18/5/2017), setelah pengumuman Departemen Kehakiman tersebut, Trump merespon bahwa dirinya menantikan resolusi yang cepat atas permasalahan tersebut.

"Seperti yang telah saya nyatakan berkali-kali, penyelidikan menyeluruh akan mengkonfirmasi apa yang sudah kita tahu tak ada kolusi antara kampanye saya dan entitas asing manapun," kata Trump.

Dengan suara menantang Presiden Donald Trump membantah bahwa ia telah menekan dinas penyidikan federal Amerika FBI untuk menghentikan penyelidikan atas mantan pembantu dekatnya itu.

"Tidak, tidak. Apa pertanyaan berikutnya?" timpal Trump ketika seorang wartawan bertanya apakah ia minta direktur FBI James Comey untuk menghentikan penyelidikannya atas Penasihat Keamanan Nasional yang dipecat, Michael Flynn.

Sebelumnya (12/4/2017), Trump juga sempat membantah dalam wawancara persnya yang pertama. Saat itu Trump berdiri disamping Presiden Kolombia Juan Manuel Santos yang sedang berkunjung, membantah adanya kolusi antara dia sendiri, tim kampanyenya dan agen-agen Rusia yang berusaha mempengaruhi hasil pemilihan presiden tahun lalu.


"Bahkan musuh-musuh saya mengatakan tidak ada kolusi," katanya, mengacu pada keterangan presiden Rusia Vladimir Putin minggu lalu.

Dalam kicauan akun twitternya Kamis (18/4/2017), Trump kembali mengirim pesan mempertanyakan penunjukan bekas direktur FBI Robert Mueller sebagai jaksa khusus untuk menyelidiki tuduhan kolusi dengan Russia di atas.

"Ketika ada tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh tim kampanye Clinton dan oleh pemerintahan Obama, tidak pernah ada jaksa khusus yang ditunjuk!" tulisnya.


"Ini adalah usaha mencari-cari kesalahan (witch hunt) paling besar atas seorang politisi dalam sejarah Amerika!” tambah Trump dalam pesan Twitternya.


Sumber: Reuters
Load disqus comments

0 komentar