Thursday, February 22, 2018

Sejarah Unik Tentang Kloset

Kloset, toilet, kakus, atau Water Closet (WC) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran, yaitu air seni dan feses. Dalam bahasa Indonesia sering disebut kamar kecil untuk memperhalus penyebutan tempat tersebut. Terdapat berbagai jenis kloset di seluruh dunia. Kloset duduk (kloset yang digunakan dengan cara mendudukinya untuk buang air besar) yang memiliki fasilitas untuk menyiram buangan setelah digunakan adalah jenis kloset yang paling umum di Barat. Sedangkan kloset jongkok (kloset yang digunakan dengan cara berjongkok di atasnya untuk buang air besar) cukup lazim di Asia Tenggara, Asia Timur (Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang), India, serta masih dapat dijumpai pada toilet umum di Eropa selatan dan timur (termasuk sebagian Perancis, Yunani, Italia, negara-negara Balkan, dan negara bekas Uni Soviet). Dibalik kloset yang kita gunakan tersebut, ternyata memiliki sejarah yang unik dan penting untuk kita ketahui.

Illustrasi Kloset
Sejarah singkat tentang kloset ini sebetulnya telah salah kaprah atau diartikan lain dari sebenarnya. Penciptanya adalah warga Inggris bernama Sir John Harrington. Ia menciptakan toilet ini pada tahun 1460, akan tetapi masih dalam keadaan yang primitif, karena keadaannya yang belum lengkap. Orang lain kemudian meneruskan idenya. Salah satunya adalah Mr Cummings pada tahun 1775 dan mereka ini sudah dilengkapi dengan alat penyiram kotoran, serta didaftarkan hak patent-nya pada abad ke – 18. Hak patent untuk tangki airnya dipegang oleh Mr Beachman, yang diciptakannya pada tahun 1782.

Toilet diciptakan sekitar tahun 3000-1500 SM di ibukota Hindustan, Mohenjodaro, dibuat saluran air dan kloset yang mempunyai saluran pembuangan. Akan tetapi, bersamaan dengan hancurnya peradaban Hindustan, kloset itu pun ikut menghilang karena tidak bisa bertahan sampai zaman berikutnya.

Berlanjut pada tahun 1371 di London, Inggris, dibuatlah UU (Undang-Undang) yang berbunyi “Barang siapa membuang tinja dari jendela, harus membayar denda sebesar empat shilling”. Walaupun begitu, tetap saja ada orang yang diam-diam membuang tinja.

Memang sejak dulu, orang berbondong-bondong datang ke London untuk mencari pekerjaan. Akibatnya, tak ada lagi lahan untuk tempat tinggal sehingga dibangunlah gedung-gedung tinggi di kota London (rumah susun). Namun, bangunan-bangunan tersebut belum memiliki fasilitas kloset dan saluran pembuangan air. Orang-orang London saat itu menggunakan “close stool” (pispot dengan tempat duduk). Tinja ditampung dalam pispot yang selanjutnya penghuni gedung harus membawa pispot tersebut keluar gedung untuk membuang tinjanya ke parit atau ke tempat-tempat lain yang diinginkan. 

Kondisi ini menyebabkan banyak penghuni gedung rumah susun yang tinggal di lantai atas mengeluh dan merasa bosan, karena tiap hari mereka harus keluar gedung, naik turun tangga untuk membuang isi pispot. Akhirnya, mereka membuang isi pispot lewat jendela dan mengandalkan petugas kebersihan yang datang untuk mengangkut sampah setiap tiga minggu. Keadaan ini berlangsung lama hingga tiba-tiba wabah penyakit akibat kotoran ini menyerang kota London dan menewaskan banyak orang.

Hingga akhirnya pada tahun 1596, Sir John Harington menemukan kloset bilas. Tapi Ia hanya membuat dua kloset bilas (satu terpasang di rumahnya, satunya lagi di kediaman Ratu Elizabeth 1). Namun kloset beliau masih menggunakan bejana untuk menampung tinja, sehingga bau tak sedap masih jadi masalah. Meskipun demikian, kloset Harington merupakan kloset bilas modern pertama di dunia. Kemudian Cummings memperbaiki temuan Harington. Cummings menemukan kloset bilas yang tidak bau “valve closet”. 

Kloset ini menggunakan air sebagai penghalang agar bau tidak menyebar. Namun, saluran pembuangan air pada kloset bilas Cummings ini digunakan rakyat London untuk membuang sampah sehingga saluran itu tersumbat. Akibatnya, Kota London kembali diserang wabah kolera sampai tiga kali (tahun 1849 menewaskan 14,000 jiwa, tahun 1854 menewaskan 10,000 jiwa dan 1866 memakan korban 5,000 jiwa).

Lingkungan yang kotor menjadi salah satu penyebab utamanya. Dengan terjadinya wabah kolera ini, penghuni kota menyadari pentingnya fungsi saluran air bawah tanah. Setelah memeriksa saluran-saluran air bawah tanah, para petugas kebersihan menemukan kerusakan di sana-sini dan tumpukan-tumpukan sampah yang menyumbat saluran air. Maka diputuskan untuk segera memperbaiki dan membuat saluran-saluran air bawah tanah yang baru. Tahun 1865, saluran-saluran air bawah London baru mulai berfungsi lagi.

Lima ribu tahun telah berlalu sejak zaman Mohenjodaro. Di kota London telah dibuat saluran air bawah tanah yang disambungkan ke kloset bilas. Menjelang tahun 1870, kloset bilas makin berkembang berkat saluran air bawah tanah yang dibangun dengan kokoh. Lalu tahun 1889, Bostell membuat kloset bilas yang disebut “wash-down” seperti yang ada sekarang. Akhirnya, kloset bilas yang dulu pernah ada di zaman Hindustan dan menghilang, kini telah kembali, digunakan dan dikembangkan diseluruh negara di dunia.

Load disqus comments

0 komentar